02 Maret 2011

Sistem Sayur Asem

Sayur Asem, tentu Anda pernah menikmatinya. Kalaupun tidak, pasti pernah mendengar nama salah satu masakan khas Jawa ini. Dan apabila mendengarpun Anda tidak pernah, saya sarankan sebaiknya cepat-cepat keluar dari hutan ketidak-tahuan Anda. Cobalah searching di dunia internet, pasti Anda akan temukan penjelasan plus resep dan fotonya. Sour Dish atau Tamarind Dish, begitulah orang bule menyebutnya, tentu saja adalah masakan dengan bahan dasar buah asam (Tamarind) yang diolah dengan bumbu serta bahan-bahan lain. Biasanya bahan yang ditambahkan antara lain melinjo, jagung muda, belimbimg wuluh, daun salam, kacang tanah, dan lainnya sesuai selera. Bumbu dasarnya seperti bawang merah dan putih, kemiri, cabai merah, serta garam. Setelah mengumpulkan bumbu dan bahannya, orang yang ingin memasak Sayur Asem juga memerlukan kemampuan management pengolahan –seberapa banyak kuantitas dari setiap bahan dan bumbu hingga terbentuk komposisi yang proporsional, bagaimana urutan pengerjaannya, kapan saat-saat yang tepat untuk mencampurkan bahan/bumbu tertentu. Dengan syarat-syarat yang sudah terpenuhi, insya Allah orang tersebut akan berhasil membuat Sayur Asem yang layak untuk dinikmati.

Tulisan ini tidak sedang mengajak Anda untuk pergi ke dapur dan mengadakan acara masak-memasak Sayur Asem. Tapi akan berusaha sedikit menyelami dimensi lain dari Sayur Asem, dimensi berbeda dengan yang biasa diselami oleh para koki saat memasaknya. Anda tidak perlu mempersiapkan kompor ataupun panci, tak perlu membeli buah asam (tamarind) ataupun melinjo. Yang diperlukan cuma akal sehat dan hati yang terbuka, sebab memang yang kita selami bukanlah dimensi fisik Sayur Asem, melainkan dimensi “ruhani” yang berupa ilmu, sistem dan energinya.

Ilmu merupakan salah satu kata imporan dari Arab, di sana dikenal dengan al-‘ilm yang bermakna pemahaman atau pengetahuan. Dunia akademis menjabarkan ilmu dengan kat-kata yang lebih panjang-lebar namun menyempit, yaitu seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia, dan diberi syarat harus Objektif, Metodis, Sistematis, dan Universal. Keempat syarat inilah yang membuatnya sempit. Dimensi pada Sayur Asem yang bisa disebut sebagai ilmu adalah pengetahuan tentang bahan, komposisi, dan tata cara pengolahannya. Biasa tesaji dalam bentuk resep tertulis yang dibuat oleh koki agar bisa dipelajari oleh orang lain yang hendak memasaknya.

Sedangkan sistem, banyak ahli mendeskripsikannya, yang intinya adalah hubungan kerja dari kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi secara kontinu untuk mencapai suatu tujuan. Artinya Sayur Asem sebatas sebagai ilmu jika belum dimasak, sekedar ide yang terbelenggu dalam secarik kertas yang disebut resep. Jika sudah berwujud masakan barulah ia memiliki sistem. Dalam Sayur Asem akan dapat dirasakan bagaimana buah asam (tamarind), daun salam, melinjo, kacang tanah, jagung muda, bawang merah, garam, kemiri, serta lain-lainnya membentuk hubungan rasa yang saling berkaitan hingga rasa Sayur Asem yang khas menempel di lidah Anda, itulah sistem Sayur Asem. Apabila salah satu unsurnya dihilangkan ataupun dikurangi, berubahlah sistem dan akan menghilangkan rasa khasnya.

Bahkan ada satu unsur dalam Sayur Asem yang paling vital, ia adalah energi yang menghidupi Sayur Asem. Tentu bukan jagung muda, karena bila jagung muda tak ada bukanlah masalah, Sayur Asem tetap memiliki eksistensi tanpa jagung muda. Juga bukan garam, karena memang hampir pada setiap masakan ditambahkan garam. Sedangkan unsur ini merupakan jati diri Sayur Asem. Ia lah yang paling bertanggung-jawab atas disandangkannya gelar Asem pada nama sayur ini. Jika Anda menebak unsur tersebut adalah buah asam (tamarind), maka tebakan Anda juga keliru. Tamarind hanyalah sekedar media yang diciptakan Tuhan untuk menyimpan makhlukNya yang lebih esensial, ialah rasa asam. Ya, unsur vital tersebut adalah rasa asam. Kalau dibandingkan dengan masakan sayurnya sendiri, rasa asam tetap memiliki maqam yang lebih tinggi. Sebab sayur hanyalah hasil kreatifitas manusia untuk memenuhi kebutuhan makanannya, sedangkan rasa adalah hal ajaib yang hanya dapat diciptakan oleh Tuhan.

Jadi, sebenarnya tidak ada yang namanya Sayur Asem. Yang asem hanyalah rasa asam itu sendiri, bukan sayur, juga bukan tamarind. Itu berarti apabila ada seseorang yang menggunakan kreatifitasnya mencoba memasak Sayur Asem dengan komposisi dan tata cara yang berbeda dari resep yang selama ini ada, namun tetap berbahan dasar tamarind serta memiliki unsur rasa asam yang kental, atau bahkan namanya sampai diganti –misalnya Sayur Enak–, maka hasil masakannya tetap bisa disebut Sayur Asem. Karena lidah akan tetap mampu mendeteksi asam dalam masakan berbahan dasar sesuatu yang ditetapkan Tuhan mengandung unsur rasa asam, walaupun masakan tersebut tidak menyandang gelar Asem.


Kalau Anda tidak suka Sayur Asem, silakan Anda boleh mengganti topiknya dengan sayur lain yang lebih Anda sukai. Atau Anda boleh menulis ulang bahasan ini dengan topik yang lebih terkesan intelektual dan islami seperti misalnya Sistem Ekonomi Islam, Sistem Politik Islam, bahkan sampai Sistem Negara Islam. WaaLlahu’alam bishshawab. ©

Bandung, 03 Maret 2011

0 comments:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More