13 Maret 2012

Romantisme Masa Lalu

"Yang saya kenang hanyalah dulu Rizal yang saya kenal
adalah orang kritis & menyenangkan, yang dulu
kadang aku nanti-nantikan untuk duduk di belakangku..."

Hm. Rizal itu.

Ya, Rizal yang di situ. Kata Rizal yang lahir dari jari-jemari seorang kawan bersama kata-kata lainnya sehingga membentuk kalimat di atas. Rizal yang dideskripsikan oleh seorang kawan lama. Maksudnya sudah lama berkawan dengan saya, pasti Anda paham itu. Adalah ditujukan untuk saya, Akhmad Rizaludin.

Bukan apa-apa, saya cuma ngasih tau, karena pasti Anda tidak kenal dengan orang yang bernama Rizal di kalimat tersebut. Iya ‘kan? Saya yakin yang Anda tau bahwa saya ini biasa menjadi Akhmad, yang memiliki ruang untuk dikenal oleh Anda bukanlah Rizal. Atau akibat dinamika lingkungan pergaulan dengan didukung teknologi informatika yang hebat orang-orang jadi lebih sering terpaksa menyatakan bahwa saya ini Amex. Rizal tidak mempunyai eksistensi untuk disebut. Saya yakin, Anda lebih tidak mengenali Rizal itu sebagai Akhmad Rizaludin sebab apa yang dilanjutkan kawan saya adalah,

“Tapi perlahan Rizal yang itu hilang.
Bahkan sekarang sudah tidak ada lagi.”

Mungkin benar. Benar sekali. Bahwa Anda tidak menemukan ciri-ciri orang macam Rizal sesuai deskripsi di atas pada diri saya sekarang. Dia, Rizal itu, sekarang sudah jadi orang lain. Orang yang ngeselin, nyebelin, menjengkelkan, dan lain serupanya. Itu kata temen-temen dia. Orang yang gak peka, jutek, terlalu dingin, suka nyinggung perasaan orang, suka ngluarin statement yang cuma mancing emosi, ucapannya sering nyakitin hati, dan lain sejenisnya. Ya, orangnya seperti itu. Itu juga masih kata temen-temen dia yang sekarang.

Menyedihkan memang. Tahu bahwa saya dulu tidak seperti itu. Dulu pernah bisa bikin orang beranggapan saya ini menyenangkan, bisa bikin orang menantikan saya duduk dekat-dekat.

Saya yang dulu, ya Rizal itu, seperti apa sebenarnya dia. Apa yang hilang dari dia, sehingga membentuk saya yang sekarang. Apa yang sudah saya perbuat, sampai-sampai dia menghilang. Ah, nulis cerita ini bikin saya kangen. Kangen masa lalu. Pengen balik lagi. Nyari jawaban itu semua pertanyaan-pertanyaan.

Tapi di dunia ini, apa itu yang jaraknya paling jauh dari jangkauan kita? Itulah masa lalu. Imam Syafi’i yang mengatakan. Maka, biarkan ini menjadi romantisme masa lalu.

Bandung, 13 Maret 2012

1 comments:

Posting Komentar

Tinggalkan jejakmu di sini..

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More